Sunday, October 30, 2016

Download Kitab Fihi ma Fihi Karya Syeikh Jalaluddin ar-Rumi dan Terjemahan

Kitab Fihi Ma Fihi adalah salah satu masterpice Syeikh Jalaluddin Rumi yang kemudian diterjemahkan menjadi inilah apa yang sesungguhnya oleh A.J Arbery. Dalam bahasa Inggris diterjemakan menjadi In It Is What In It. 
Kitab ini disusun dalam bentuk prosa untuk menunjukkan makna yang sesungguhnya dari kehidupan ini. Yang mana kebanyakan pembahasannya merupakan jawaban sekaligus tanggapan atas berbagai pertanyaan dari para sahabat dan murid beliau yang muncul dalam konteks dan kesempatan yang berbeda-beda.
Di dalamnya, Anda akan diajak berselancar mengarungi 71 pasal yang berisi refleksi dan komentar terkait masalah akhlak, ilmu irfan, dan juga masalah sosial keagamaan yang dilengkapi tasfir atas Al-quran dan Al-hadist.
Membaca karya Rumi ini, akan kita dapati sebuah dunia yang sejuk, damai, ramah, dan nir kekerasan. Seolah-olah berbagai bentuk kekerasan, kekejaman, serta wabah takfir (pengkafiran) dan tabdi' (pembidahan) enggan untuk menampakan diri dalam karya beliau.
Seperti halnya Matsnawi, buku Fihi Ma Fihi  juga merupakan sebuah karya abadi Rumi yang layak dikonsumsi oleh siapa saja yang sedang mengalami dahaga kedamaian dan keindahan agama-agama.
Beliau Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.
Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya ancaman oleh serbuan Mogol, keluarganya meninggalkan Balkh melalui Khurasan dan Suriah, sampai ke Provinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang. Mereka menetap di Qonya, ibu kota provinsi Rum. Dalam pengembaraan dan pengungsiannya tersebut, keluarganya sempat singgah di kota Nishapur yang merupakan tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.
Tahun 1244 M, Rumi bertemu dengan syekh spiritual lain, Syamsuddin dari Tabriz, yang mengubahnya menjadi sempurna dalam ilmu tasawuf. Setelah Syamsuddi wafat, Rumi kemudian bertemu dengan Husamuddin Ghalabi, dan mengilhaminya untuk menulisakan pengalaman spiritualnya dalam karyanya monumentalnya Ma’nawi.  Ia mendiktekan karyanya tersebut kepada Husamuddin sampai akhir hanyatnya pada tahun 1273 M.
Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide.[1]





[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Jalaluddin_Rumi
https://drive.google.com/file/d/0BwlMNYDWs-9lbUpPYUJvMlVoZ3c/view?usp=sharing

No comments:

Post a Comment